Ikatan Cendikia - Masalah Pendidikan Di Indonesia | Di Indonesia, masih terdapat sejumlah masalah umum dalam sektor pendidikan yang menjadi tantangan dalam meningkatkan kualitas dan akses pendidikan.
Pentingnya
pendidikan berkualitas menjadi kunci bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan
tidak hanya berfungsi sebagai sarana perubahan bagi generasi muda yang akan
menjadi penerus bangsa, melainkan juga harus menjadi motor penghasil
transformasi yang nyata.
Indonesia,
sebagai negara kepulauan dengan jumlah penduduk mencapai 275,36 juta jiwa,
menghadapi berbagai dinamika pendidikan. Sistem pendidikan Indonesia diatur Undang-Undang
No.20 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia dibagi
menjadi tiga jalur utama, yaitu formal, non formal, dan informal.
Dalam setiap
sistem, pasti akan ada kelebihan dan kekurangan. Namun, kualitas suatu sistem
akan tercermin dari kinerjanya. Jika dijalankan dengan baik, banyak hal positif
dan hasil yang memuaskan dapat dihasilkan.
Masalah Pendidikan Di Indonesia
gambar: pixabay |
1. Kualitas Penilaian dan Evaluasi
Evaluasi
merupakan proses yang bertujuan menyediakan informasi mengenai pencapaian suatu
kegiatan, sejauh mana keberhasilan telah dicapai. Evaluasi juga melibatkan
perbandingan antara pencapaian tersebut dengan standar tertentu untuk
menentukan apakah terdapat perbedaan di antara keduanya, serta untuk menilai
manfaat yang telah dihasilkan dalam perbandingan dengan harapan.
Seringkali,
sistem evaluasi dan ujian di Indonesia menjadi sumber perdebatan. Terkadang,
evaluasi yang terlalu terfokus pada ujian standar nasional dapat mengabaikan
perkembangan holistik siswa dan pendekatan evaluasi alternatif yang lebih
inklusif.
2. Kesenjangan Teknologi
Kesenjangan
Teknologi atau Kesenjangan digital didefinisikan sebagai kesenjangan atau
perbedaan antara individu, rumah tangga, bisnis, atau kelompok masyarakat
dengan tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal peluang akses dan
penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta pemanfaatan internet
untuk berbagai aktivitas.
Sementara
menurut Onitsuka et al. (2018), kesenjangan digital merujuk pada
ketidaksetaraan yang dialami oleh sebagian orang dalam mengakses dan
menggunakan teknologi digital, yang menyebabkan kesulitan atau kurangnya keahlian
dalam pemanfaatan teknologi digital, atau disebut sebagai 'gagap teknologi
digital'. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Valdez & Javier (2020).
Masalah
akses kesenjangan terhadap teknologi informasi dan komunikasi masih menjadi
tantangan di Indonesia. Tidak semua siswa memiliki akses yang setara terhadap
perangkat komputer, internet, atau sumber daya digital. Hal ini dapat
menyebabkan kesenjangan dalam kemampuan mengakses informasi dan pembelajaran
daring.
3. Kualitas Fasilitas dan Infrastruktur
Banyak
sekolah di Indonesia masih menghadapi tantangan terkait fasilitas dan
infrastruktur yang kurang memadai. Hal Ini berbentuk keterbatasan ruang kelas, perpustakaan,
laboratorium, sanitasi yang kurang memadai, dan akses internet yang terbatas.
Kekurangan
ini dapat berdampak pada pengalaman belajar siswa dan kualitas pendidikan yang
diberikan.
Fasilitas
pendidikan adalah perangkat yang digunakan untuk mendukung jalannya proses
pembelajaran, terutama dalam konteks kegiatan belajar mengajar (Sopian, 2019).
Infrastruktur pendidikan mencakup:
- a. Sarana pembelajaran;
- b. Laboratorium;
- c. Pusat pelatihan;
- d. Pusat penelitian;
- e. Sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan;
- f. Ruang partisipasi siswa;
- g. Perpustakaan; dan
- h. Fasilitas penunjang pembelajaran dan pelatihan.
4. Kurikulum yang Tidak Sesuai
Beberapa
pihak berpendapat bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia masih kurang sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja dan perkembangan global.
Terdapat
terlalu banyak teori dan kurangnya penekanan pada pemberdayaan keterampilan
praktis, yang dapat menghambat kemampuan siswa untuk mengembangkan keterampilan
yang sesuai dan dapat diaplikasikan secara nyata.
Selanjutnya,
Apa saja masalah yang muncul dalam pengembangan kurikulum? Pembahasan ini
menunjukkan adanya beberapa faktor permasalahan dalam pengembangan kurikulum,
termasuk masalah kurikulum, personalitas dan kualitas sumber daya manusia,
serta biaya pendidikan.
Secara umum,
proses pengembangan kurikulum melibatkan tahap perencanaan, implementasi, dan bentuk
pengembangan kurikulum pada setiap tingkatnya.
5. Kualitas Guru dan Tenaga Pendidik
Tantangan yang
berkaitan dengan kualitas guru dan juga tenaga pendidik masih juga terjadi.
Kurangnya pelatihan yang memadai, keterbatasan sumber daya manusia berkualitas
di bidang pendidikan, dan tingkat rotasi yang tinggi di beberapa daerah dapat
menghambat konsistensi dan kualitas pengajaran.
6. Ketidaksetaraan Pendidikan
Ketidaksetaraan
dalam bidang pendidikan antara daerah di perkotaan dan di pedesaan, serta di
antara berbagai kelompok sosial dan juga ekonomi, juga masih saja menjadi masalah
yang serius di Indonesia. Fasilitas dan kualitas pendidikan di perkotaan
umumnya lebih baik dibandingkan dengan di pedesaan.
Anak-anak yang
berasal dari keluarga miskin tetap saja sering mengalami kesulitan dalam upaya mengakses
pendidikan dengan kualitas tinggi.
7. Keterbatasan Akses ke Pendidikan
Masih sangat
banyak anak di berbagai daerah Indonesia yang kini menghadapi kesulitan dalam usahanya
mengakses pendidikan, terutama sekali mereka yang ada di daerah terpencil, wilayah
pedalaman, atau juga kalangan komunitas miskin.
Jarak tempat
pendidikan yang jauh antara rumah tempat tinggal dengan sekolah, ditambah lagi
dengan kurangnya sarana transportasi, dan bahkan juga minimnya infrastruktur
pendidikan yang ada di daerah-daerah tersebut menjadi sebuah hambatan bagi mereka
untuk mengakses pendidikan yang layak.
Pemerintah
Indonesia dan pemangku kepentingan pendidikan terus berusaha mengatasi
tantangan ini melalui berbagai program dan kebijakan, seperti peningkatan akses
pendidikan, peningkatan kualitas guru, reformasi kurikulum, investasi
infrastruktur, serta pengembangan teknologi pendidikan.