Kurikulum Merdeka Belajar Smp Bahasa Inggris | Pada era Kurikulum Merdeka, pentingnya pembelajaran Bahasa Inggris semakin ditekankan, bahkan dimulai sejak tingkat Sekolah Dasar (SD). Terdapat tiga alasan utama yang mendorong hal ini.
Pertama, Bahasa Inggris dianggap sebagai kebutuhan bagi semua anak Indonesia. Kedua, untuk menyelaraskan kurikulum Bahasa Inggris secara menyeluruh. Dan ketiga, untuk meratakan kualitas pembelajaran di seluruh wilayah. Bahasa Inggris telah menjadi lingua franca atau bahasa internasional, termasuk bagi masyarakat di Asia Tenggara yang memiliki beragam bahasa ibu dan bahasa resmi.
Oleh karena itu, kemampuan berbahasa Inggris dianggap sebagai kebutuhan dasar yang harus dimiliki oleh setiap anak Indonesia. Kemampuan ini memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dengan individu dari berbagai latar belakang budaya, membuka peluang karir yang lebih luas, serta meningkatkan kualitas hidup di era globalisasi ini.
Sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk mengembangkan setiap aspek dalam profil pelajar Pancasila yang mencakup keberagaman global, penguatan pendidikan Bahasa Inggris menjadi prioritas dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Merdeka Belajar Smp Bahasa Inggris
1. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran bahasa Inggris pada tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah dalam kurikulum nasional memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan wawasan terkait dengan diri mereka sendiri, hubungan sosial, kebudayaan, dan peluang kerja yang tersedia di tingkat global. Pemahaman mereka terhadap pengetahuan sosial-budaya dan aspek interkultural ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
2. Fokus Pembelajaran
Pembelajaran bahasa Inggris difokuskan pada penguatan kemampuan menggunakan bahasa Inggris dalam enam keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, menulis, memeriksa, dan mempresentasikan secara terintegrasi, dalam berbagai jenis teks.
Capaian minimal pada keenam keterampilan bahasa Inggris ini merujuk pada Common European Framework of Reference for Languages: Learning, Teaching, Assessment (CEFR) dan setara dengan tingkat B1. Level B1 (CEFR) mencerminkan spesifikasi yang dapat diamati dari kemampuan peserta didik untuk melakukan hal-hal berikut:
- 1. Mempertahankan interaksi dan menyampaikan gagasan dengan jelas dalam berbagai konteks.
- 2. Mengungkapkan pokok pikiran utama secara komprehensif.
- 3. Mempertahankan komunikasi meskipun terdapat jeda di antara interaksi.
Pembelajaran bahasa Inggris pada tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah bertujuan mencapai kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris sebagai bagian dari keterampilan hidup.
3. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris umumnya menggunakan pendekatan berbasis teks (genre-based approach), di mana pembelajaran difokuskan pada teks dalam berbagai bentuk, baik lisan, tulisan, visual, audio, maupun multimodal.
Terdapat empat tahapan dalam pendekatan berbasis teks, yang dilakukan dalam pembahasan mengenai topik yang sama, yaitu:
- 1. Building Knowledge of the Field (BKOF): Guru membangun pengetahuan atau latar belakang pengetahuan peserta didik terhadap topik yang akan ditulis atau dibicarakan. Pada tahap ini, guru juga menciptakan konteks budaya dari teks yang diajarkan.
- 2. Modelling of the Text (MOT): Guru memberikan model atau contoh teks sebagai pedoman bagi peserta didik dalam menghasilkan karya, baik secara lisan maupun tulisan.
- 3. Guru membimbing peserta didik dan bersama-sama memproduksi teks atau Joint Construction of the Text (JCOT).
- 4. Independent Construction of the Text (ICOT): Peserta didik memproduksi teks, baik lisan maupun tulisan, secara mandiri (Emilia, 2011).
4. Profil Pelajar Pancasila
Pembelajaran bahasa Inggris di dalam kurikulum nasional berperan membantu peserta didik untuk mempersiapkan diri menjadi pembelajar sepanjang hayat, yang memiliki Profil Pelajar Pancasila seperti beriman dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebinekaan global.
Pembelajaran bahasa Inggris memberikan peluang untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila melalui materi teks tertulis, visual, teks oral, dan aktivitas-aktivitas yang dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Proses Pembelajaran Bahasa Inggris dapat diimplementasikan melalui dua pilihan:
- 1. Sebagai mata pelajaran pilihan bagi satuan pendidikan yang memiliki kesiapan sumber daya.
- 2. Jika SDM belum siap, dapat mengintegrasikan muatan Bahasa Inggris ke dalam mata pelajaran lain dan/atau kegiatan ekstrakurikuler.
Berdasarkan SK kepala BSKAP, capaian pembelajaran bahasa Inggris pada kurikulum Merdeka bertujuan untuk mengembangkan hal-hal berikut:
- 1. Kompetensi komunikatif dalam bahasa Inggris dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulisan, visual, dan audiovisual).
- 2. Kompetensi interkultural untuk memahami dan menghargai perspektif, praktik, dan produk budaya Indonesia dan budaya asing.
- 3. Kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang mandiri dan bertanggung jawab.
- 4. Keterampilan bernalar kritis dan kreatif.
5. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Kurikulum Merdeka
Mata pelajaran bahasa Inggris dalam kurikulum merdeka memiliki ciri khas sebagai berikut:
1. Beragam Jenis Teks
Jenis teks yang diajarkan dalam bahasa Inggris mencakup berbagai macam, seperti narasi, deskripsi, eksposisi, prosedur, argumentasi, diskusi, teks khusus (pesan singkat, iklan), dan teks otentik. Teks-teks ini disajikan tidak hanya dalam bentuk tulisan, tetapi juga dalam bentuk lisan (monolog atau dialog), visual, audio, dan multimodal (teks yang mengandung unsur verbal, visual, dan audio).
Teks-teks tersebut dapat bersifat otentik atau dibuat khusus untuk keperluan pengajaran. Mereka dapat disajikan secara tunggal atau dalam format teks ganda, baik dalam bentuk kertas maupun di layar.
2. Kondisi Kelas
Guru memiliki kebebasan untuk menentukan jenis teks yang akan diajarkan sesuai dengan kondisi di kelas. Pembelajaran dapat dimulai dengan jenis teks yang memuat topik yang sudah dikenal oleh peserta didik untuk membantu mereka memahami isi teks yang sedang dibaca, dan kemudian mereka dapat menghasilkan teks jenis tersebut baik secara lisan maupun tulisan.
Setelah itu, guru dapat memperkenalkan jenis teks yang belum dikenal oleh peserta didik.